Minggu, 20 Februari 2011

Tradisi Perang Presean



Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi ke-ksatriaan, seni yang di gubah dari teknik berperang dan bertarung. Seni yang juga digunakan untuk membuktikan tidak hanya keberanian, tetapi juga keterampilan, kecakapan dan memupuk silaturahmi.
Di Lombok, Suku Sasak memiliki satu seni perang sendiri.

Pepadu (satria/pemain) bisa saja seseorang yang sudah jago mewakili kampungnya. Bisa juga pepadu dadakan yang diambil dari seorang penonton. Jika anda terpilih, anda bisa saja maju atau memilih tetap di pinggir arena.

Tidak hanya orang dewasa, kanak-kanak-pun bisa mengikuti presean ini, hanya saja, perangkat yang digunakan tidak seberbahaya perangkat yang digunakan para pepadu dewasa.
Sebuah tantangan terjadi, ketika dua orang pengembar, orang yang memilih jago, biasanya sudah tua, akan mengajukan jagonya masing-masing. Jika kedua jago/pepadu setuju, mereka bisa maju dan bertarung.

Pepadu akan bertelanjang dada, melilitkan kain sebagai sabuk sekaligus pelindung bagian vital dan mengenakan kain sapuk sebagai pelindung kepala. Pepadu akan membawa sebuah tameng dan pemukul dari rotan.

Anda bebas memukul bagian mana saja, kecuali mata, kemaluan, dan bagian-bagian lain yang diterangkan sebelum anda bertarung.

Seorang juri akan menjadi penengah anda, pertarungan biasanya berlangsung dalam beberapa ronde.

Jika anda merasa tidak sanggup melanjutkan pertarungan, anda atau pengembar anda harus melemparkan tameng dan pemukul anda sebagai tanda menyerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar