Proses belajar mengajar merupakan
proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar
hubungan timbal balik yang berlangsung dalaml situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Dalam pandangan tersebut, hubungan timbal balik antara guru
dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Sehingga, dalam proses belajar tersirat adanya kesatuan kegiatan yang menunjang
antara siswa dan guru.
Di satu sisi, siswa sebagai subyek
belalajar, dalam arti keterlibatan siswa secara aktif baik fisik, mental,
intelektual, emosional dan sosial sangat diharuskan. Keterlibatan ini bertujuan
membangkitkan semangat, kreatifitas, dan kemampuan siswa, sehingga siswa dapat
menemukan dan memecahkan masalah dalam masyarakat dengan upaya dan tanggung
jawab sendiri.
Di sisi lain, guru sebagai
pemegang utama proses belajar mengajar. Keberhasilan proses belajar mengajar
sangat ditentukanoleh peranan guru. Peranan ini berkaitan erat dengan kemampuan
yang dipunyai guru tersebut. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
hasil belajar yang efektif, dan akan mampu mengelola proses belajar mengajar di
sekolah dengan berhasil. Sebaliknya, guru yang mengajar di sekolah asal-asalan
cenderung menciptakan sistem belajar yang buruk dan berimbas kegagalan belajar
siswa di sekolah.
Menciptakan kemampuan guru yang
profesional amatlah penting. Terutama bila kita ingin menciptakan prose belajar
mengajar yang optimal. Hal ini tak mungkin tercapai apabila tidak disertai
usaha guru yang bersangkutan untuk senantiasa meningkatkan ketrampilan
profesionalnya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memperbaiki
dan memperbaharui cara mengajarnya.
Cara mengajar pada prinsipnya
adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar, atau dapat pula
dikatakan bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisir lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik, dan bahan pelajaran sehingga menimbulkan proses
belajar pada diri siswa. Mengajar bukan sekdedar penyampaian ilmu pengetahuan,
melainkan mengandungmakna yang lebih luas dan komplek yaitu terjadinya
komunikasi dan interaksi manusiawi dengan berbagiai aspeknya. Sehingga, anak
mampu menemukan dan mengambangkan potensi yang dimilikina.
Sukses tidaknya mengajar seorang
guru sangat ditentukan oleh hasil mengajar dan pemahaman mengajar. Hasil
mengajar diindikasikan dari keberhasilan guru melihat seberapa banyak daya
serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diajarkan dan perilaku siswa yang
digariskan guru telah tercapai baik secara individual maupu n kelompok.
Kesuksesan mengajar dipengaruhi pula oleh pemahaman guru terhadap mengajar.
Pemahaman guru dalam mengajar akan membentuk peran dan aktivitasnya. Sebaiknya,
aktifitas guru akan mempengaruhi aktifitas siswa dalam belajar. Pemahaman guru
ini akan nampak dalam aktifitas mengajarnya.
Memang dalam mengajar tidak aca
cara yang paling baik. Masing-masing cara mempunyai keunggulan dan
kekurangannya. Tetapai bagi guru sebenarnya dapat memilih mana-mana yang
rasanya cocok untuk diterapkan.
Cara mengajar paling tradisional
dan telah lama dilakukan guru, terutama guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
adalah cara mengajar ceramah. Sejak dulu kebanyakan guru IPS dalam menularkan
pengetahuannya kepada siswa ialah dengan cara ini. Bahkan sampai sekarang pun
teknik ini merupakan cara yang paling sering dilakukan.
Ada beberapa alasan mengapa cara
mengajar ceramah dilakukan. Yang pertama, tidak semua murid dapat menggali
pengetahuan sendiri dari buku atau sumber belajar lain, sehingga guru perlu
membantu menjelaskan hal-hal itu kepada siswa. Yang kedua, kurangnya sumber
belajar yang dapat dimanfaat kan oleh murid dalam belajar. Guru perlu membantu
murid dengan cara memberikan informasi lesan berupa penjelasan yang cocok
dengan materi yang diperlukan.
Ketiga, didorong guru yang punya
tanggung jawab untuk memperkenalkan pokok-pokok penting yang merupakan suatu
palajaran baru. Keempat, jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga sulit
menggunakan teknik penyajian lain. oleh karena itu, cara ceramahlah yang paling
dipilih.
Cara ini memang kadangkala
membosankan, sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu,
agar gaya penyajiannya dapat menarik. Salah satu pendekatan yang dapat
diterapkan dalam IPS dalam metode atau cara ceramah adalahh pendekatan
Interdisipliner.
Integratif
Pendekatan intersipliner merupakan
pendekatan dalam ilmu pengetahuan sosial yang mendekati masalah-masalah sosial
dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial secara integratif. Pendekatan ini
didasarkan bahwa masalah sosial bersifat integratif, sehingga tidak dapat
dipecahkan dengan menggunakan satu disiplin ilmu saja tetapi multidimensional.
Pendekatan multidimensional
merupakan pelengkap dari pendekatan sebelumnya yakni unidisipliner. Pendekatan
unidisipliner mendekakati masalah sosial dari disiplin ilmunya saja. Mmisalnya
mencoba memecahkan masalah sosial berupa kenakalan remaja, bila kita
menggunakan pendekatan interdisipliner maka kita dapat melihat masalah itu
tidak dari satu ilmu saja tetapi menggunakan berbagai ilmu seperti sejarah,
ekonomi, kultur dan sebagainya.
Kelemahan yang menonjol dari
pendekatan unidisipliner adalah lebih menampilkan kesepihakan atau determinasi
masalah. Sehingga pendekatan ini akan diwarnai batasan dan sempitnya pandangan.
Ilmu yang diajarkan serasa terkotak-kota dalam batas yang jelas, tanpa mau
melihat realitas yang terjadi secara terintegrasi. Pendekatan inilah yang
sering dilakukan dalam pembelajaran IPS di sekolah.
Berbeda pendekatan
multidimensional, pendekatan ini melihat masalah sosial secara terintegratif.
Sehingga masalah yang dilihatpun semakin lengkap dan komprehensif. Manfaat pendekatan ini adalah melatih siswa
semakin dewasa. Siswa dapat mampu melihat masalah sosial secara lengkap dan
komprehensif. Kepadanya diperkenalkan cara penanganan dan pemecahan masalah
sosial. Diharapkan di kemudian hari, mereka mampu mengenal lingkungan mereka
dan bersikap kritis positif terhadapnya sesuai kemampuan dan posisi mereka di
dalamnya.
Manfaat lain dari pendekatan
multidimensioanal bagai anak adalah mengajarkan kepada siswa bahwa masyarakat
itu merupakan suatu kesatuan, yang permasalahannya bersangkut paut satu dengan
lainnya. Sehingga pemecahan masalah sosial harus dengan multidimensiaonal,
menggunakan berbagai ilmu baik politik, ekonomi, antropologi dan sebagainya.
Memang untuk menerapkan pendekatan
multidimensional dalam pelajaran IPS di perlukan guru yang kompeten. Guru yang
kaya ilmu, mampu mengumpulkan, mengolah dan menyampaikan materi ilmu
pengetahuan sosial secara terintegratif. Kecakapan ini dapat dicapai apabila
guru mau berusaha dan tidak puas dengan apa yang dicapainya. Kemampuannya harus
selalu dikembangkan.
Ada beberapa usaha yang dapat
dilakukan guru supaya dapat meningkatkan kompetensi dalam memahami IPS secara
terintegratif, yakni : pertama, mengumpulkan dan membaca buku-buku pelajaran
IPS yang kupasannya menggunakan multidimensioanal. Kedua, membentuk kelompok
studi guru sebidang pengetahuan, sehingga ada transfer pengetahuan dari satu
mata pelajaran satu dengan lainnya. Dalam kelompok studi itu, terjadi tukar
menukar informasi dalam menganalisis pelbagai masalah disekitarnya. Ketiga,
menulis dan menyusun buku pelajaran yang lengkap dan integratif. Inipun harus
dengan bantuan teman sejawat, apalagi tulisan-tulisan itu disusun untuk
memaparkan masalah dan solusi terhadap hal-hal di sekitarnya.
Selama ini kebanyakan cara
mengajar di sekolah adalah dengan cara tradisional yakni ceramah. Dan cara ini
akan semakin menarik apabila dipadukan dengan pendekatan multidimensional. Sehingga
memaparkan suatu bahan pelajaran semakin luas dan mendalam. Untuk itu,
diperlukan guru yang mempunyai kompetensi tertentu, yang terbentuk melalui
komitmen untuk terus belajar dan pengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar