Rabu, 02 Mei 2012

Pendekatan Interdidipliner Guru IPS*


Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa, atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalaml situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pandangan tersebut, hubungan timbal balik antara guru dan siswa merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Sehingga, dalam proses belajar tersirat adanya kesatuan kegiatan yang menunjang antara siswa dan guru.
Di satu sisi, siswa sebagai subyek belalajar, dalam arti keterlibatan siswa secara aktif baik fisik, mental, intelektual, emosional dan sosial sangat diharuskan. Keterlibatan ini bertujuan membangkitkan semangat, kreatifitas, dan kemampuan siswa, sehingga siswa dapat menemukan dan memecahkan masalah dalam masyarakat dengan upaya dan tanggung jawab sendiri.
Di sisi lain, guru sebagai pemegang utama proses belajar mengajar. Keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukanoleh peranan guru. Peranan ini berkaitan erat dengan kemampuan yang dipunyai guru tersebut. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan hasil belajar yang efektif, dan akan mampu mengelola proses belajar mengajar di sekolah dengan berhasil. Sebaliknya, guru yang mengajar di sekolah asal-asalan cenderung menciptakan sistem belajar yang buruk dan berimbas kegagalan belajar siswa di sekolah.

Menciptakan kemampuan guru yang profesional amatlah penting. Terutama bila kita ingin menciptakan prose belajar mengajar yang optimal. Hal ini tak mungkin tercapai apabila tidak disertai usaha guru yang bersangkutan untuk senantiasa meningkatkan ketrampilan profesionalnya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memperbaiki dan memperbaharui cara mengajarnya.
Cara mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar, atau dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan usaha mengorganisir lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik, dan bahan pelajaran sehingga menimbulkan proses belajar pada diri siswa. Mengajar bukan sekdedar penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan mengandungmakna yang lebih luas dan komplek yaitu terjadinya komunikasi dan interaksi manusiawi dengan berbagiai aspeknya. Sehingga, anak mampu menemukan dan mengambangkan potensi yang dimilikina.
Sukses tidaknya mengajar seorang guru sangat ditentukan oleh hasil mengajar dan pemahaman mengajar. Hasil mengajar diindikasikan dari keberhasilan guru melihat seberapa banyak daya serap siswa terhadap bahan pelajaran yang diajarkan dan perilaku siswa yang digariskan guru telah tercapai baik secara individual maupu n kelompok. Kesuksesan mengajar dipengaruhi pula oleh pemahaman guru terhadap mengajar. Pemahaman guru dalam mengajar akan membentuk peran dan aktivitasnya. Sebaiknya, aktifitas guru akan mempengaruhi aktifitas siswa dalam belajar. Pemahaman guru ini akan nampak dalam aktifitas mengajarnya.
Memang dalam mengajar tidak aca cara yang paling baik. Masing-masing cara mempunyai keunggulan dan kekurangannya. Tetapai bagi guru sebenarnya dapat memilih mana-mana yang rasanya cocok untuk diterapkan.
Cara mengajar paling tradisional dan telah lama dilakukan guru, terutama guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah cara mengajar ceramah. Sejak dulu kebanyakan guru IPS dalam menularkan pengetahuannya kepada siswa ialah dengan cara ini. Bahkan sampai sekarang pun teknik ini merupakan cara yang paling sering dilakukan.
Ada beberapa alasan mengapa cara mengajar ceramah dilakukan. Yang pertama, tidak semua murid dapat menggali pengetahuan sendiri dari buku atau sumber belajar lain, sehingga guru perlu membantu menjelaskan hal-hal itu kepada siswa. Yang kedua, kurangnya sumber belajar yang dapat dimanfaat kan oleh murid dalam belajar. Guru perlu membantu murid dengan cara memberikan informasi lesan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.
Ketiga, didorong guru yang punya tanggung jawab untuk memperkenalkan pokok-pokok penting yang merupakan suatu palajaran baru. Keempat, jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga sulit menggunakan teknik penyajian lain. oleh karena itu, cara ceramahlah yang paling dipilih.
Cara ini memang kadangkala membosankan, sehingga dalam pelaksanaannya memerlukan ketrampilan tertentu, agar gaya penyajiannya dapat menarik. Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam IPS dalam metode atau cara ceramah adalahh pendekatan Interdisipliner.

Integratif
Pendekatan intersipliner merupakan pendekatan dalam ilmu pengetahuan sosial yang mendekati masalah-masalah sosial dengan menggunakan konsep-konsep ilmu sosial secara integratif. Pendekatan ini didasarkan bahwa masalah sosial bersifat integratif, sehingga tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan satu disiplin ilmu saja tetapi multidimensional.
Pendekatan multidimensional merupakan pelengkap dari pendekatan sebelumnya yakni unidisipliner. Pendekatan unidisipliner mendekakati masalah sosial dari disiplin ilmunya saja. Mmisalnya mencoba memecahkan masalah sosial berupa kenakalan remaja, bila kita menggunakan pendekatan interdisipliner maka kita dapat melihat masalah itu tidak dari satu ilmu saja tetapi menggunakan berbagai ilmu seperti sejarah, ekonomi, kultur dan sebagainya.
Kelemahan yang menonjol dari pendekatan unidisipliner adalah lebih menampilkan kesepihakan atau determinasi masalah. Sehingga pendekatan ini akan diwarnai batasan dan sempitnya pandangan. Ilmu yang diajarkan serasa terkotak-kota dalam batas yang jelas, tanpa mau melihat realitas yang terjadi secara terintegrasi. Pendekatan inilah yang sering dilakukan dalam pembelajaran IPS di sekolah.
Berbeda pendekatan multidimensional, pendekatan ini melihat masalah sosial secara terintegratif. Sehingga masalah yang dilihatpun semakin lengkap dan komprehensif.  Manfaat pendekatan ini adalah melatih siswa semakin dewasa. Siswa dapat mampu melihat masalah sosial secara lengkap dan komprehensif. Kepadanya diperkenalkan cara penanganan dan pemecahan masalah sosial. Diharapkan di kemudian hari, mereka mampu mengenal lingkungan mereka dan bersikap kritis positif terhadapnya sesuai kemampuan dan posisi mereka di dalamnya.
Manfaat lain dari pendekatan multidimensioanal bagai anak adalah mengajarkan kepada siswa bahwa masyarakat itu merupakan suatu kesatuan, yang permasalahannya bersangkut paut satu dengan lainnya. Sehingga pemecahan masalah sosial harus dengan multidimensiaonal, menggunakan berbagai ilmu baik politik, ekonomi, antropologi dan sebagainya.
Memang untuk menerapkan pendekatan multidimensional dalam pelajaran IPS di perlukan guru yang kompeten. Guru yang kaya ilmu, mampu mengumpulkan, mengolah dan menyampaikan materi ilmu pengetahuan sosial secara terintegratif. Kecakapan ini dapat dicapai apabila guru mau berusaha dan tidak puas dengan apa yang dicapainya. Kemampuannya harus selalu dikembangkan.
Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan guru supaya dapat meningkatkan kompetensi dalam memahami IPS secara terintegratif, yakni : pertama, mengumpulkan dan membaca buku-buku pelajaran IPS yang kupasannya menggunakan multidimensioanal. Kedua, membentuk kelompok studi guru sebidang pengetahuan, sehingga ada transfer pengetahuan dari satu mata pelajaran satu dengan lainnya. Dalam kelompok studi itu, terjadi tukar menukar informasi dalam menganalisis pelbagai masalah disekitarnya. Ketiga, menulis dan menyusun buku pelajaran yang lengkap dan integratif. Inipun harus dengan bantuan teman sejawat, apalagi tulisan-tulisan itu disusun untuk memaparkan masalah dan solusi terhadap hal-hal di sekitarnya.
Selama ini kebanyakan cara mengajar di sekolah adalah dengan cara tradisional yakni ceramah. Dan cara ini akan semakin menarik apabila dipadukan dengan pendekatan multidimensional. Sehingga memaparkan suatu bahan pelajaran semakin luas dan mendalam. Untuk itu, diperlukan guru yang mempunyai kompetensi tertentu, yang terbentuk melalui komitmen untuk terus belajar dan pengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.


* Artikel ini pernah di terbitkan di Harian Mitra Dialog, Kamis 13 Maret 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar