Menanam |
Gejala yang nampak itu menjadi satu indikasi dari proses
pergeseran nilai-nilai manusiawi yang dimiliki masyarakat. Nilai manusiawi yang
semula berfungsi pengatur keselarasan hidup bergeser fungsinya, diganti dengan
keserakahan dan ketamakan. Dengan kondisi semacam ini, kehidupan berbangsa
semakin tidak menentu, karena selalu diwarnai konflik dan kekerasan.
Pergeseran niai manusiawi semakin nyata di dorong oleh
kemajuan dalam hidup kita. Baik dibawa oleh kepesatan ilmu dan teknologi,
seperti jalur komunikasi yang samikin canggih menyebabkan makin cepatnya
pertukaran informasi, sehingga suatu peristiwa yang terjadi di satu tempat
dengan mudah akan tersebar ke tempat lain.
Gejala-gejala di atas merupakan suatu tantangan nyata di
antara kita dewasa ini. Dan kita sebagai bagian dari masyarakat tidak boleh
hanya diam dan acuh tak acuk. Tetapi kita harus mengambil satu sikap untuk
menghadapi tantangan itu. Apabila gejala
itu dibiarkan berlarut-larut akan berimbas makin keroposnya kehidupan
masyarakat.
Untuk itu hal yang paling mendasar yang perlu kita lakukan
adalah penataan kembali pendidikan nilai manusiawi. Dekadensi moral dan nilai
manusiawi menyebabkan kita harus berani menengok kembali, bagaimana pendidikan
nilai manusiawi selama ini berlangsung. Gejala-gejala tersebut di atas sebagai
bukti nyata bahwa pendidikan nilai manusiawi merupakan masalah yang mendesak
perlu kita cari jalan keluarnya.
Pendidikan nilai manusiawi dapat berarti penanaman dan
pengembangan nilai-nilai manusiawi dalam diri seseorang, seperti : kasih, iman,
kepekaan kepada golongan lemah, hormat kepada sesama, kejujuran dsb. Atau dapat
pula pendidikan nilai ini dimengerti sebagai penanaman nilai yang menghargai
manusiaj lain seperti seharusnya.
Nilai manusiawi merupakan salah satu nilai yang sangat
penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai pedoman hidup manusia. Dan
nilai ini menjadi tolak ukur harkat dan martabat kita sebagai manusia. Akan
tetapi nilai ini harus benar-benar nyata diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,
bukan hanya sebagai bahan pengetahuan di benak atau kepala kita.
Tujuan pendidikan nilai manusiawi adalah penemuan
nilai-nilai manusiawi dalam diri anak. Anak dididik untuk menyelidiki nilai-nilaia
manusiawi secara mandiri, sehingga mereka sadar akan nilai-nilainya sendiri.
Pendidikan semacam ini tidak harus membuat suatu program atau pelajaran khusus,
akan tetapi lebih merupakan dimensi dari seluruh usaha pendidikan.
Pendidikan nilai manusiawi hanya akan terwujud apabila lebih
menekankan pengolahan hati, bukan akal. Dengan hati orang lebih mampu memahami
nilai manusiawi dengan tepat. Hati akan menjadi pengontrol tindakan dan tingkah
laku manusia. Hati yang benar-benar jujur akan tersirat dalam tindakan manusia menghormati
orang lain seperti menghormati dirinya sendiri.
Oleh karena itu pendidikan manusiawi yang tepat adalah bisa
menggugah hati anak. Hati yang tergugah akan menjadikan anak merefleksi diri
terhadap semua aktifitas di sekitarnya. Mengugah hati anak dapat dilakukan
dengan memberi praktek-praktek hidup di seputar lingkungan anak.
Peran Lingkungan Pendidikan
Menghadapi krisis pergeseran nilai manusiawi tersebut,
mutlak perlu mengoptimalkan peran semua lingkungan pendidikan, baik itu
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Lingkungan pendidikan nilai yang pertama berperan adalah keluarga. Keluarga merupakan poros dan
sel hidup yang paling hakiki dalam masyarakat. Apabila dalam poros ini terjadi
kegoncangan akan berpengaruh pada hidup sosial lainnya. Sehingga keluarga punya
peran besar, terutama menjadi dasar penginternalisasian nilai-nilai manusiawi.
Pendasaran nilai manusiawi dalam keluarga dapat dilakukan
dengan membentuk sikap dan nilai kebebasan atau demokratis. Nilai ini menuntut adanya
komunikasi yang efektif antar anggota. Antar anggota keluarga harus punya
banyak waktu untuk saling ketemu dan membicarakan hal-hal yang ada sangkut
pautnya dengan kepentingan keluarga. Di samping itu, anak diberi kesempatan
untuk mengemukakan usul dan pendapat seputar kepentingannya.
Disorganisasi keluarga banyak terjadi karena nilai
demokratis yang komunikatif tidak tercipta. Antaranggota keluarga timbul saling
curiga satu dengan lainnya. Walaupun mereka hidup dalam satu atap, komunikasi
tidak pernah terjadi. Akibatnya kepedulian dan saling menghormati tidak
terjadi, diganti hasrat pemuasan kepentingan diri sendiri yang dijadikan
pilihan bertindak.
Lingkungan pendidikan yang kedua adalah sekolah. Di sekolah nilai manusiawi lebih menekanka penciptaan
iklim di mana anak dihargai sebagai pribadi dengan berbagai haknya, sesuai
dengan tahap perkembangann dan kematangan yang berbeda-beda. Hal ini membawa
konsekuensi munculnya pelbagai cara penanganan anak sesuai dengan jenjang dan
tahap perkembangan.
Penciptaan iklim di atas akan tercipta apabila model
pembelajaran yang dilakukan sesuai dan selaras dengan potensi anak. Model yang
paling tepat dalam pembelajaran tersebut adalah dialog. Di mana pendidik
memberi kesempatan anak untuk mengemukakan pertimbangan bagi perbuatannya. Anak
benar-benar diakui eksistensi dan potensinya. Sehingga model pembelajaran
monolog yang bersifat indoktrinasi perlu ditinggalkan.
Perlu diperhatikan pula hubungan sekolah dengan lingkungan
di mana anak itu tinggal. Dalam pembelajaran dialog, anak didik dengan
diperkenalkan secara langsung fenomena kehidupan dari tempat-tempat praktek
alami, seperti pemukiman kumuh, panti asuhan, lembaga pemasyarakatan dsb.
Di sekolah perlu diciptakan iklim kekeluargaan. Hubungan
antar guru-murid, guru-kepala sekolah, serta antar murid dijalin, supaya sikap
saling menghargai dan menghormati antar manusia tercermin dengan bagus.
Dengan mendialogkan fenomena menusiawi sekitar dan membentuk
iklim kekeluargaan diharapkan proses internalisasi nilai manusiawi dapat
terjadi secara utuh. Hal ini menuntut kerjasama dan koordinasi secara kontinyu
tiap jenjang pendidikan melihat kemajuan dan kemunduran anak dalam memahami dan
mengaplikasikan nilai manusiawi.
Lingkungan pendidikan ketiga adalah masyarakat. Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan yang paling
luas. Di sini terjadi interaksi yang kompleks antar anggota masyarakat.
Masyarakat seyogyanya memberikan pembelajaran kepada anak tentang pentingnya
pemahaman nilai manusiawi. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan masyarakat,
antara lain : pertama, tokoh-tokoh
masyarakat menjadi teladan dengan memberikan contoh secara nyata penerapan
nilai manusiawi dalam masyarakat. Kedua,
penciptaan iklim masyarakat yang mendukung penanaman nilai manusiawi. Hal ini
bisa dilakukan dengan menseleksi berbagai budaya-budaya komunikasi-informasi
yang berkembang dalam masyarakat, seperti di televisi maupun internet.
Hindarkan penayangan yang benuansa pornografi dan kekerasan, karena dapat
mempengaruhi sikap dan perilaku anak.
Memang keberhasilan pembentukan pendidikan nilai manusiawi
sangat tergantung dari kerjasama ketiga lingkungan pendidikan. Untuk itu,
ketiga lingkungan pendidikan harus bekerja sama dan bahu membahu, secara
sinergis dan berkesinambungan membentuk program dan kegiatan yang mengarah
tercapainya karakter anak yang sesuai dengan nilai manusiawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar